BAB
2
Kesal Tanpa Batas
Maureen mengganti-ganti saluran TV,
tapi ia tidak juga menemukan saluran yang sesuai di antara lebih dari 25
saluran. Ia memencet tombol merah dan
layar TV langsung menghitam. Ia meletakkan remote
ke samping bantal dan berguling menatap jendela.
Langit gelap. Tampak beberapa lampu
berpendar di kejauhan. Kini perutnya menuntut perhatian. “Tuh kan, seharusnya
tadi ikut saja dengan Alaia dan Frits,” sesal Maureen. Tapi ia buru-buru
menggeleng sambil bangun dari tempat tidur. Ia berjalan ke jendela dan melihat
ke bawah, jalan raya. “Ah, masih ramai,” gumam Maureen. Entah jalan raya
sebelah mana yang ia lihat.
Maureen memakai sepatu ketsnya dan
berdiri sejenak di depan cermin dekat kamar mandi. Dengan terampil jari-jari
tangannya mengatur letak helai demi helai rambut.
Maureen mencabut kartu dari slot di
dinding, membuka pintu dan berdiri di depan kamar. Lorong sepi. Dengan
pintu-pintu menjorok ke dalam, orang bisa saja bersembunyi di sana. Maureen
memastikan tidak ada orang berniat jahat yang bersembunyi pada lorong yang akan
ia lewati. Setelah yakin lorong itu aman, ia kembali untuk menutup pintu kamar
dan berlari di sepanjang lorong, menuju lift. Ia hanya perlu melewati dua kamar
di tiap sisi.
Suara hentakan sepatu kets dengan lantai
lorong berkarpet mungkin bisa terdengar hingga ke kamar yang di ujung. Maureen
tersenyum. “Yah enggak apa-apa. Anggap aja artis lewat.”
Maureen tersenyum mengingat
kelakuannya barusan. “Pasti tadi gara-gara kebanyakan nonton film detektif.” Pintu
lift terbuka. Maureen menunggu dan memberi jalan bagi seorang perempuan yang
hendak ke luar dari lift. Perempuan berambut basah, eh, berambut model basah. Maureen
masuk ke dalam lift dan melirik deretan tombol. Tombol lantai dasar yang ia
tuju telah menyala.
“Akeh
banget de'e nganggo gel,” suara anak perempuan dari belakang Maureen.
“Shhh,
iku ager-ager seember, dudu gel,” balas suara anak perempuan lain sambil tertawa.
Maureen mengatupkan bibirnya rapat,
jangan sampai tawanya pecah di dalam lift. Pasti
tuh anak bahas cewek yang ke luar lift sebelum aku masuk. Maureen memang
tidak mengerti seluruh bahasa Jawa, tapi ia bisa mengira-ngira arti omongan
kedua anak tadi.
(gunting)
Baru baca ini dan ngikik baca dialog Jawanya :D
ReplyDeleteAda koreksian kah, Fit?
Delete