Entah sejak kapan saya mulai suka ketoprak. Makanan ini terdiri dari potongan ketupak, tahu goreng, bihun dan irisan timun yang dicampur dengan bumbu kacang beraroma bawang putih. Dulu saya biasa makan ketoprak di pelataran TIM bersama Lily, setelah melihat pameran lukisan Basoeki Abdullah.
Nah, ketoprak datang lagi di sekitar lima tahun belakangan ini. Mulanya, ada rombongan penjual ketoprak yang menyewa rumah, tidak jauh dari rumah saya. Mereka berjualan ketoprak di pasar, meumpang di depan kios beras setiap pagi sampai siang hari.
Ada yang berbeda dengan ketoprak mereka. Bumbu kacang yang mereka gunakan menyebar aroma lezat dan komposisi bawang putih juga tidak berlebihan. dalam waktu sebentar saja, pembeli ketoprak mereka bertambah. Ada yang makan di tempat, tetapi lebih banyak yang membeli bungkus. Setiap hari Sabtu dan Minggu, pembeli jauh lebih banyak dari hari-hari lainnya. Kalau datang sekitar jam tujuh pagi, pembeli harus siap-siap saja menunggu sampai satu jam. Begitulah keadaannya. Antre, meskipun sudah ada tiga orang yang bertugas membuat ketoprak.
Kini mereka sudah menempati kios yang lebih layak di dekat tempat semula. Oh, iya, mereka biasa tutup setiap akhir dan awal tahun.