“Pak! Pak!” teriak Bu Junaedi dari depan rumah.
Pak
Junaedi buru-buru keluar rumah sambil membetulkan letak kopiah. “Ada apa, Bu?”
“Aku
punya berita penting. Super penting,”
jawab Bu Junaedi.
“Tentang
ramuan ajaib itu?”
Bu
Junaedi mengangguk. “Menurut orang-orang
di pasar, Buto punya ramuan itu.”
“Buto? Buto Hejo?” Pak Junaedi mendelik kaget. “Hah, siapa yang berani meminta ramuan dari
dia?”
“Kita,
Pak,” jawab Bu Junaedi yakin.
“Bagaimana
kalau ia menangkap kita?”
“Ah,
jangan berpikir yang seram-seram,” kata Bu Junaedi cepat. “Bayangkan kalau Buto memberi kita ramuan
ajaib.”
“Tentu
kita akan segera punya anak,” lanjut Pak Junaedi bersemangat. Mereka lalu pergi ke pondok Buto Hejo i hutan.
“Permisi,”
Pak Junaedi memberi salam di depan pondok kayu besar milik Buto Hejo.
“Ulangi,
Pak. Lebih keras,” bisik Bu Junaedi.
Sebelum mengulang salam, mereka mendengar suara langkah kaki. Tak lama menunggu, mereka
melihat Buto Hejo ke luar pondok.
“Hai,
Pak dan Bu Junaedi. Tumben datang. Ada
apa?” sapa Buto. “Silakan duduk
sini.” Buto menunjuk ke bangku yang
terbuat dari jalinan batang pohon.
“Begini,
Buto Hejo, kami mau minta ramuan ajaib agar cepat punya anak,” jawab Pak
Junaedi.
“Benar
begitu?” Buto Hejo memastikan.
Bapak
dan Ibu Junaedi mengangguk penuh semangat.
Buto
Hejo mengambil botol kecil dari dalam saku celananya dan menyerahkan botol itu
kepada Pak Junaedi. “Minum ini lima kali
sehari.”
“Hanya
itu?” tanya Bu Junaedi ragu-ragu.
“Hahahaha,”
Buto Hejo tertawa keras. “Tentu tidak,
hahaha. Nanti aku akan datang kalau
anakmu sudah besar.”
“Untuk
apa?” tanya Bu Junaedi.
“Tentu
saja untuk mengambil anakmu itu, hahaha.”
Pak
Junaedi menyikut lengan Bu Junaedi.
“Bagaimana ini?” bisiknya.
“Terima
saja ramuan itu,” jawab Bu Junaedi tegas.
“Terima
kasih, Buto Hejo.” Bapak dan Ibu Junaedi
meninggalkan pondok Buto Hejo, membawa sebotol ramuan ajaib.
***
“Timun, Timun Mas, sini,” panggil Bu
Junaedi.
Timun
Mas datang. Kringring…ring, lonceng-lonceng kecil di gelangnya berbunyi. Ia melihat ekspresi serius di muka ibu dan
bapaknya. Hmm, ada apa nih?
“Kamu
sudah besar, nak,” kata Pak Junaedi. “Jadi kami pikir kamu perlu tahu rahasia
ini.”
“Ada
apa sih? Kok aku jadi deg-degan,” kata
Timun Mas.
Cerita lengkap bisa dibaca di majalah Bobo.
Judul: Timun Berkebun
Penulis: Erna Fitrini
Majalah: BOBO 21 XLI 29 Agustus 2013