Thursday, October 27, 2016

Abon Cakalang untuk Nasi Kuning



Membaca informasi tentang Jelajah Gizi Minahasa yang diselenggarakan oleh #Sarihusada, pikiran saya langsung melambung ke kenangan perjalanan di Sulawesi Utara beberapa waktu silam untuk bertemu teman-teman masa kecil dan tentunya Jelajah Gizi. 





Hari kedua, setelah sarapan di hotel yang berada di jalan Sam Ratulangi, saya mendapatkan dua bungkus nasi kuning dari Rafia. Ah, saya ingat bisnis nasi kuning milik Puti yang tidak jauh dari tempat saya menginap. Menurut kisah yang beredar, nasi kuning ini bukanlah makanan khas Manado. Mulanya makanan ini dibuat oleh perantau yang datang ke Manado dan secara kreatif disesuaikan dengan bahan-bahan yang tersedia di sana. Tentunya ini bisa menjadi tambahan alternatif #NutrisiUntukBangsa.


Menyusuri jalan yang sedikit naik turun, saya langsung datangi lokasinya. Tawa lebar Puti menyambut dan mempersilakan saya melihat dapurnya. Tidak seperti dapur rumah makan pada umumnya, dapur rumah makan nasi kuning ini kering dan terang karena mendapat banyak sinar matahari. Kesan bersih langsung terasa. Semua bahan pelengkap nasi kuning disimpan dalam wadah bersih. 
 


Berbeda dari nasi kuning yang sering ditemui di Jakarta, nasi kuning khas Manado menggunakan ikan cakalang sebagai salah satu pelengkap. Daging ikan cakalang disuwir halus dan selanjutnya diolah bersama bumbu-bumbu hingga berwarna kecokelatan dan meninggalkan rasa gurih manis. Hasil olahan menjadi abon ikan.


Berikut bahan dan cara membuat abon cakalang.

Bahan yang dihaluskan: 
½ sdt terasi 
1 tomat 
1 cm jari 
2 bawang putih 
4 bawang merah
5 cabe merah
3 rawit merah 

Bahan lainnya:
1 ekor ikan cakalang, bersihkan
100 ml santan
1 lembar daun salam
1 batang sereh
2 sdm air jeruk nipis
½ sdt gula
½ sdt garam
1 sdt air asam jawa
Minyak goreng

Cara membuat:
Lumuri ikan dengan air jeruk nipis, kukus dan suwir-suwir.
Tumis hingga harum bumbu halus, sereh dan daun salam.
Masukkan ikan yang telah disuwir dan santan. 
Aduk hingga harum, tambahkan air asam, gula dan garam. Masak hingga kering. Abon ikan cakalang siap ditaburkan di atas nasi kuning.

Kalau susah mendapatkan ikan cakalang, tentunya bisa diganti dengan ikan lainnya.
 

Nasi kuning yang disajikan dalam piring, terasa sedikit kering. Tercium aroma kunyit dan sereh yang dimasak bersama beras.
 
Di meja tersedia sambal goreng berwarna merah tua. Biji-biji cabe yang tampak di sana-sini menambah keseksian sambal. Sesendok sambal langsung berpindah tempat, bersisian dengan tumpukan abon ikan cakalang. Ternyata abon ikan cakalang dan sambal perpaduan yang cocok. Satu, dua sendok sambal ditambahkan kemudian untuk menemani abon ikan cakalang. Rasa gurih dan aroma ikan cakalang mendorong saya untuk menambah sambal, lagi dan lagi. Biasanya saya membatasi makan sambal, terutama cabe Manado yang terkenal pedas, tapi kali ini saya terus menyantap sambal demi melegendakan persatuan abon cakalang dan sambal.

Menyesal, ukuran perut tidak sebanding dengan makanan yang dihadapi. Saya gagal mengeksekusi nasi, tapi tidak begitu dengan ikan cakalang dan bahan pendamping lainnya. Mereka tandas, bahkan saya sempat menambah abon cakalang yang bikin ketagihan itu.

Kembali ke hotel, saya mulai merasakan gejolak kecil di perut. Sambal tadi menunjukkan keampuhannya atas perut yang lemah tad berdaya ini.  Langkah saya percepat, untuk menghindari terjadinya ini, ini dan itu. Toilet yang saya serbu pertama kali ketika sampai kamar.

Sejak itu hingga jam tiga sore, saya bolak balik ke toilet. Perut berontak dan minta penyelesaian saat itu juga. Sambal tadi menunjukkan keampuhannya. Menjelang maghrib, saya tertidur dalam keadaan lemas dan perut perih. Bangun tidur, saya langsung mencari air putih. Perut terasa dingin, tanpa ada gejolak. Bungkusan nasi kuning tadi pagi memanggil. Nasi dan lauknya dibungkus dengan daun lontar. Salah satu ujung disematkan untuk menguatkan bungkusan. Hebatnya, nasi kuning yang dibungkus berjam-jam lalu tetap enak dinikmati.




  

Pemilihan ikan cakalang sebagai pendamping nasi kuning cukup unik karena umumnya ikan cakalang digoreng, dimasak gulai atau sarden.           
                       
Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis), satu keluarga (Scombridae) dengan tongkol dan tuna, merupakan salah satu tangkapan laut yang banyak di Sulawesi Utara. Bertubuh agak membulat dengan garis memanjang, ikan yang bisa mencapai berat hingga 20 kilogram ini hidup dalam kelompok besar di laut tropis dan subtropis. Ikan ini banyak diminati sebagai sumber protein dan memiliki kandungan omega tiga yang diperlukan tubuh manusia. 






Saat ini ikan cakalang banyak diekspor. Memiliki nilai komersial tinggi, ikan ini bisa dijual dalam bentuk segar, beku atau diproses sebagai ikan kaleng, ikan kering atau ikan asap. Di Sulawesi Utara ikan cakalang banyak diawetkan dengan proses pengasapan dan dikenal dengan nama cakalang fufu.