Aku melepas sandal dan
menjinjingnya. Butiran pasir basah dan terasa hangat, menyelinap di antara
jari-jari kaki. Angin pagi ini berhembus pelan, cukup mengayunkan daun-daun
pinus yang ditanam berjejer di dekat pantai. Terbawa hembusan angin, aroma laut tercium jelas dan melapangkan jalan pernapasan.
Suara ombak kali ini terdengar bagai
kidung pilu, nada rendah yang panjang. Ombak datang silih berganti. Sesekali kudekatkan
kedua telapak kaki agar air itu tidak cepat kembali ke laut. Terasa hangat. Butir-butir
pasir putih tertinggal di punggung telapak kaki. Berkilauan, terkena sinar
matahari.
Empat laki-laki berkulit kelam
menarik pukat. Tali tambang besar melilit pinggang dan tangan mereka terulur di
depan perut, siap menarik tambang. Setiap akan bergerak, orang yang berdiri di depan berteriak ciek yang berarti satu. Lalu mereka bergerak bersamaan. Ujung jari
diketukkan ke pasir sebelum mereka melangkah mundur, selangkah demi selangkah. Gerakan
mereka seirama, mirip orang yang sedang menari.
Aku berhenti di tumpukan batu
karang, memilih landasan untuk duduk. Satu batu karang licin berada di bawah
dan dilalui air laut. Batu karang yang di sebelah atas, kering walau tidak
selicin yang di bawah. Batu karang yang atas menjadi pilihanku.
Aku
menatap bayangan pohon pinus. Puncak bayangan itu menyentuh garis pantai. Hmm,
pasti jam sembilan, tebakku sambil melihat arloji. Waktunya bertemu Faisal.
Tepat ketika aku mengangkat kepala, seorang laki-laki muda dengan rambut
keriting, muncul dari sela-sela pohon pinus. Tas kain bertali panjang menyilang
dadanya. Ia berjalan lurus menuju tempatku duduk. Itukah Faisal? Anak kecil
yang kutemui limabelas tahun lalu ketika aku dan tim mengadakan penelitian
biota laut di sini.
Ia
menghampiri dan menyalamiku penuh hormat.
“Faisal?”
tanyaku sambil tersenyum.
Laki-laki
itu menggeleng lemah. Ia mengeluarkan map plastik dari dalam tas kain. “Iko
dokumen yang akan Faisal tunju'an ka Ibu. Rapor dari SD hingga SMA. Transkrip nilai
kuliah dan ijazah. Semua lengkap di siko.” Ia menyerahkan map itu. “Beasiswa yang Ibu berikan tidak ia
sia-siakan. Ia kerja keras. Selalu juara dan lulus kuliah dengan predikat SM.”
“Mana
Faisal?”
“Kemarin
sore Faisal alah dikubua. Liver.”
Catatan:iko: ini
tunju'an: tunjukkan
ka: kepada
alah: sudah
dikubua: dikubur
No comments:
Post a Comment