Siang itu sepulang sekolah seharusnya saya rekaman acara ansambel di stasiun TV. Pakaian seragam dan segala perlengkapan lain sudah saya siapkan sehari sebelumnya. Acara rekaman ini sudah ditunggu-tunggu karena merupakan kesempatan bertemu teman-teman dari SMP lainnya.
Namun, rencana berantakan.
Pada hari itu saya harus pulang cepat, sebelum jam pelajaran
usai. Saya mendadak pusing dan lemas. Mata berkunang-kunang. Saya sempoyongan
saat berdiri dan badan seperti akan tumbang saat duduk tanpa bersandar. Memang
itu hari pertama menstruasi, tetapi biasanya saya masih bisa berkegiatan
seperti biasa. Kali ini benar-benar berbeda.
Menjelang sore, saya periksa ke dokter dan hasilnya saya
anemia. Penjelasan dokter yang panjang tidak terlalu saya mengerti ketika itu. Saya
masih pusing. Kala itu yang tertangkap anemia berarti kurang darah.
Itu dulu. Sekarang dengan banyaknya informasi baik yang
beredar, saya tidak mau salah lagi dalam menjalankan gaya hidup. Pengalaman di
masa remaja merupakan pelajaran penting bahwa anemia bukan masalah enteng.
Anemia ternyata merupakan tantangan lintas generasi, dari
anak-anak sampai orang dewasa bisa mengalaminya, menurut Dr. dr. Diana
Sunardi., M. Gizi, Sp.GK dalam video yang berjudul Peran Nutrisi dalam Tantangan
Kesehatan Lintas Generasi. Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas 2013, anemia
banyak dialami oleh balita, anak-anak, remaja, ibu hamil, dan dewasa lainnya.
Ini benar-benar menjadi pekerjaan besar untuk mengatasinya.
Anemia terjadi karena kurangnya hemoglobin dalam sel darah
merah. Standar Jumlah kadar hemoglobin normal pada setiap orang berbeda-beda
tergantung kelompok umur dan jenis kelamin. Berikut pembagiannya seperti yang
dijelaskan oleh dokter Diana Sunardi
yang merujuk pada WHO, 2011.
Dalam klasifikasi usia, seseorang dinyatakan mengalami
anemia jika kadar hemoglobin di bawah 11mm/dl pada anak balita, 11,5 mm/dl pada
anak usia 5-11 tahun, 12 mm/dl pada anak usia 12-14 tahun, 11 mm/dl pada ibu
hamil, dan 13 mm/dl pada laki-laki usia 15 tahun ke atas.
Seperti diketahui, hemoglobin merupakan protein kaya zat
besi dalam darah yang bertugas membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika tubuh
kekurangan hemoglobin, tubuh akan kekurangan oksigen dan organ-organ tubuh
tidak bisa bekerja optimal. Itu sebabnya
penderita anemia merasa mudah lelah, sakit kepala, dan sesak napas. Untuk
lengkapnya, berikut ini gejala anemia.
Anemia bisa disebabkan banyak faktor, antara lain kekurangan zat besi, seperti yang saya alami dulu Anemia Defisiensi Zat Besi. Dalam jangka panjang anemia dapat menurunkan kebugaran dan daya tahan tubuh sehingga berpeluang besar terkena infeksi.
Jika tidak cepat diatasi, anemia pada ibu-ibu hamil dapat
menyebabkan preeklamsia, infeksi, gangguan fungsi jantung, kelahiran prematur,
pendarahan pasca melahirkan, dan gangguan pertumbuhan janin. Ibu yang mengalami
anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan di bawah normal dan tumbuh
kurang optimal (stunting).
Sebenarnya kebutuhan zat besi pada setiap orang tidaklah
banyak, di bawah 18 mg, hanya saja ada rintangan dalam pemenuhannya. Menurut
dokter Diana Sunardi penyebab anemia defisiensi zat besi salah satunya berasal dari
asupan makanan yang didominasi oleh pangan nabati. Padahal kita tahu, sumber
zat besi yang mudah diserap tubuh adalah zat besi hewani, seperti daging ayam,
daging sapi, hati, dan ikan. Sedangkan sumber zat besi nabati, seperti brokoli,
kedelai, bayam, dan daun singkong, dapat diserap tubuh jika dikonsumsi
bersamaan dengan unsur-unsur yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi,
seperti vitamin C. Kemudian unsur-unsur seperti tanin dapat menghambat
proses penyerapan zat besi oleh tubuh. Jadi sangat tidak dianjurkan minum kopi
atau teh setelah makan karena kopi dan teh mengandung tanin yang dapat
mengganggu proses penyerapan zat besi.
Pemerintah tidak tinggal diam melihat masalah kesehatan ini.
Upaya pengentasan masalah anemia ini dilakukan dengan menjalin kerja sama
dengan berbagai pihak, termasuk pihak swasta. Danone Indonesia, sebagai
perusahaan besar dengan moto One planet, One Health juga berperan dalam
mengatasi masalah anemia.
Dalam upaya memutus mata rantai anemia, Danone Indonesia
memproduksi produk-produk yang mengadung zat besi. Susu bubuk SGM Bunda yang
ditujukan untuk ibu-ibu hamil mengambung kombinasi unik zat besi dan vitamin C.
Seperti dibahas sebelumnya, vitamin C membantu proses penyerapan zat besi oleh
tubuh. Susu pertumbuhan Milkuat
yang ditujukan untuk anak, mengandung 10 vitamin dan zat besi yang diperlukan
anak untuk pertumbuhan yang optimal. Dan masih ada produk-produk lain yang bermanfaat
untuk memutus mata rantai anemia.
Seperti yang dijelaskan Bapak Arif Mujahidin selaku
Corporate Communication Director, Danone Indonesia memiliki langkah-langkah
nyata untuk meningkatkan kesehatan Indonesia. Perusahaan ini tidak hanya menciptakan
produk-produk yang baik untuk kesehatan, tetapi juga mengomunikasikan dan menginspirasi
masyarakat agar masyarakan memiliki kebiasaan makan yang lebih baik.
Beliau meyakinkan bahwa masalah gizi di Indonesia tidak
semata-mata karena masalah ekonomi, tetapi kurangnya pengetahuan tentang
makanan sehat. Oleh karena itu Danone Indonesia bekerja sama dengan berbagai
pihak, seperti kementerian, pemerintah daerah, universitas, dan rumah sakit
untuk mempromosikan makanan bergizi melalui berbagai kegiatan.
Salah satu kegiatan yang dilakukan Danone Indonesia adalah
menyusun buku GESID yang bertujuan untuk mengedukasi remaja tentang pentingnya
makanan bergizi dalam membentuk generasi cerdas. Danone juga hadir di Taman
Pintar Yogyakarta untuk mengedukasi bidang kesehatan dan gizi. Selanjutnya, Danone
melibatkan lingkungan internal dengan menugaskan sebagian dari karyawan menjadi
Duta 1000 pelangi. Para Duta 1000 Pelangi ini diberi pelatihan dan selanjutnya
mereka akan meneruskan pengetahuan yang dimiliki untuk mengedukasi masyarakat
lebih banyak lagi.
Dengan berbagai kegiatan yang dilakukan bersama pihak-pihak
lain, Danone Indonesia berhasil menurunkan angka stunting sebesar 4,3 % hanya
dalam waktu 6 bulan! Jadi Danone Indonesia benar-benar berkomitmen pada bisnis
yang dijalankan dengan memperhatikan kesehatan masyarakat.
Nah, sejak kecil saya lebih memilih sayuran daripada daging. Segelas susu yang disediakan setiap pagi
sering saya tuang ke mangkuk tempat makan kucing. Alhasil, saat SMP dulu saya mengalami anemia defisiensi zat besi.
Pelajaran ini semoga tidak terulang.
Perhatikan dan perbaiki asupan gizi mulai sekarang agar hidup lebih
berkualitas.
No comments:
Post a Comment