Setelah meletakkan koper dan barang bawaan lainnya di hotel, saya, Ari dan
Adek berjalan kaki menuju Museum Angkut. Berdasarkan google maps, lokasi museum
itu hanya sekitar sepuluh menit jalan kaki dari hotel. Jalan di siang
hari bolong, di bawah teduhnya pohon-pohon besar. Apa rasanya? Enak-enak aja
tuh *nyengir*. Apalagi sepanjang perjalanan, kami bisa menikmati pemandangan indah.
Petunjuk arah sangat jelas, sehingga tampak loket yang musti
didatangi. Kami langsung disambut dengan senyum manis petugas loket Museum Angkut yang sangat
informatif, menyebutkan fasilitas dan promo yang ada, termasuk diskon jika
memiliki boarding pass Garuda. Huaaa, langsung tangan menyelup ke dalam tas dan
bongkar-bongkar isinya. Akhirnya ditemukanlah tiga boarding pass itu di dalam tas, terlipat dan terhimpit komik dan dompet.
Alhamdulillah. Padahal biasanya boarding pass langsung dibuang setibanya di kota
tujuan. Rejeki emang enggak kemana.
Museum Angkut terdiri dari dua lantai. Koleksi museum di lantai satu terdiri
dari berbadai sepeda, sepeda motor dan mobil, termasuk motor dan mobil balap.
Juga ada miniatur kendaraan-kendaraan yang disimpan dalam lemari kaca. Di
lantai dua, koleksinya juga tidak kalah menarik. Tidak hanya barang-barang
koleksi, informasi mengenai alat transportasi juga disajikan dengan cara yang
menarik dan mudah dimengerti. Di bagian luar ada bangunan yang menyerupai roket
dan pengunjung bisa masuk ke dalamnya. Walau ditunggu sampai sepuluh abad,
roket itu tidak akan meninggalkan landasan. Jadi enggak usah nunggu deh.
Di sebelah dalam, pengunjung bisa melihat berbagai macam gerobak kayu.
Bentuknya sangat variatif, sesuai daerah asalnya. Ada perahu dan mobil
listrik-nya Dahlan Iskan yang penyok itu (eh, apa ini replika ya?). Di lantai
yang sama, terdapat berbagai permainan interaktif seperti menentukan suara
kendaraan, kecepatan kendaraan, dll. Permainan ini bisa mengasikkan untuk
remaja 17 tahun dan anak umur 10 tahun.
Setelah jalan yang menurun, di bagian luar ada movie star studio, lokasi
yang bersetting tempo doeloe dan luar
negeri, ada bangunan-bangunan unik ala Eropa dan Jakarta dulunya. Ada
juga Pasar Apung yang menyediakan berbagai jenis suvenir makanan. Untuk
menikmatinya, tentu saja pengunjung musti beli. Di salah satu kios, saya
menemukan yoghurt yang enak banget. Eh, bukannya semua yoghurt itu enak yak? :D
Kunjungan hari pertama dicukupkan sampai malam hari. Setelah puas melihat-lihat, perut kenyang dan kaki pegal, kami berjalan kembali ke hotel. Udara dingin membuat langkah kaki semakin cepat dan semakin cepat, terlebih dengan jalanan yang menurun.
wahh halan-halan ke malang ya mbaa, Inshaa Allah bulan depan aku mau ngajak bocah niih kesana moga sehat dan ada rejekinya aamiin
ReplyDeleteAamiin. Kalo rencana ke Jatim Park, BNS & Museum Angkut dll, mending nginep di Batu aja, Dew.
Delete