Perjalanan pada hari ketiga di Tana Toraja semula di fokuskan pada daerah Selatan, tapi cuaca tidak mendukung. Akhirnya banyak dilakukan penyesuaian. Ah, sayang sekali.
Usman yang menemani perjalanan kali ini bercerita tentang tata cara 'penguburan' bayi orang Toraja. Seperti diketahui khalayak ramai, duile, Toraja terkenal dengan kebudayaan yang unik, salah satunya mengenai tata cara penguburan bayi. Bayi yang meninggal sebelum mempunyai gigi akan diletakkan di dalam lubang yang terdapat pada pohon Tarra. Pohon ini dipilih karena memiliki banyak getah yang dianggap sebagai pengganti air susu. Dan batang pohon itu dianggap sebagai rahim ibu, sehingga pengembalian mayat bayi ke dalam 'rahim' ibu bisa menyelamatkan bayi-bayi selanjutnya.
Pada hari itu, kami tidak menemukan pesta peletakkan bayi ke dalam pohon Tarra. Kabarnya, bentuk pestanya pun sederhana saja, berbeda dari pesta peletakkan mayat orang dewasa. Sebagai ganti dari acara peletakkan bayi, kami ditunjukkan pohon Tarra yang berada dekat jalan.
Pohon ini tinggi dan berdiameter besar. Di batang pohon, tampak ijuk-ijuk yang digunakan untuk menutup lubang setelah bayi dimasukkan. Semakin tinggi strata sosial bayi, maka semakin tinggi pula letak lubang pada pohon.
Hmm, hidup dan mati tidak lepas dari strata sosial.
No comments:
Post a Comment