Salah satu tujuan lain yang kami, saya, Srisna dan Umi, tuju bersama Didi ialah Bukit Kasih. Untuk lokasi ini, tampaknya Didi hapal, tidak perlu bertanya. Well done.
Bukit Kasih tidak terlalu jauh dari Manado, sekitar 40 menit perjalanan
dengan mobil. menggambarkan kerukunan lima agama yang ditunjukkan dengan
menara putih, yang setiap sisinya menggambarkan satu agama.
Ketika kami datang, hujan sedang turun dengan intensitas sedang. Eh, udah mirip pembawa ramalan cuaca? Beberapa ibu-ibu mengikuti
kami untuk menjajakan perhiasan seperti cincin dan kalung. Ada juga anak-anak
kecil yang secara terus-menerus menawarkan jasanya untuk mengambilakn
foto dengan sudut tertentu. Sungguh-sungguh mengurangi kenyamanan
kunjungan. Seandainya petugas memberikan tempat khusus bagi penjaja
dagangan dan layanan, mungkin hasilnya akan lebih bagus.
Anak-anak itu juga membujuk kami untuk naik ke puncak bukit kasih dengan ratusan anak tangga. Duileeeee. Melihat kami tersenyum pasrah sambil menggeleng, anak-anak itu melanjutkan bujukan- tidak-maut mereka: "Dengan niat pasti bisa mencapai puncak." Wah, kami bukannya termotivasi, malah ngakak.
Eh, tidak
hanya itu, dari tempat yang tinggi terdengar suara memanggil pengunjung
(baca: kami) untuk mengisi buku tamu. Panggilan itu terus-menerus terdengar hingga
saya masuk mobil untuk pulang. Yang ada, panggilan itu membuat kami senyum kecut. Dan dimanakan buku tamu itu berada? Yup,
di tempat yang tinggi. Perlu menaiki sekitar 50 anak tangga lapis keramik dan
basah untuk mencapai buku tamu itu. Apa petugas tidak pernah berpikir
untuk memindahkan buku tamu di areal bawah?
Ini kunjungan tersingkat, kurang dari sepuluh menit, untuk areal yang luas.
asiknyaa mba erna ngebolang terus..belum kesampean ke manadoo
ReplyDeleteWaaa, dah nyampe sini duluan. Ku masih ngider cari tulisan tentang kopi lokal.
DeleteManado kerennn.