Monday, March 3, 2014

MISTERI KAMPUNG ARU



          “Hanya begini. Bisa, kan?” Andria memasukkan pisang yang sudah dilumuri adonan tepung ke dalam minyak panas.
            Dhani mengangguk. “Setelah kuning, pisang dibalik, lalu diangkat. Gitu, kan?” Dhani perlu memastikan cara membuat pisang goreng sebelum Andria pergi ke rumah Etek Viera.
            “Iya. Kalau masih kurang, pisang juga ada di gudang. Ambil aja,” kata Andria sambil berkemas. “Sorry, terpaksa kutinggal. Aku terlanjur janji dengan Etek Viera. Mau membantunya membersihkan lampu.”
            “Iya. Enggak apa-apa kok. Kalau seperti ini, rasanya aku bisa lah,” kata Dhani penuh percaya diri. Selama libur sekolah, Dhani membantu Andria membuat pisang goreng untuk dijual di depan rumah.
            Ini pagi pertama Dhani menginap di rumah Andria di Kampung Aru. Kampung ini berada dekat dengan hutan di daerah Sumatera Barat. Musang dan kera sering terlihat berkeliaran di Kampung Aru. Bahkan kata Andria, serigala dan ular juga sering tampak di Kampung Aru. Hiii, seram.
Dhani melanjutkan menggoreng pisang sambil mengingat-ingat pesan Andria. Pisang yang digoreng satu sisir. Sisanya digoreng setelah pisang goreng habis terjual. Harga satu pisang goreng lima ratus rupiah. Uang dagangan disimpan dalam kaleng di bawah meja.
“Beres,” gumam Dhani sambil membawa pisang goreng yang telah matang ke teras depan. Pisang goreng itu berwarna kuning keemasan. Aromanya sungguh membuat Dhani ingin menggigitnya. Pisang goreng itu disusun di atas nampan yang ditutupi kertas tisu lebar.
Sambil menunggu pembeli, Dhani membaca komik yang dibawanya dari rumah. Komik itu tidak sempat ditamatkan karena banyaknya pembeli yang datang. Dalam sekejap, pisang goreng habis. Dhani harus kembali ke dapur untuk menggoreng pisang.
“Lho, pisangnya mana?” Selanjutnya baca di ...
Judul: Misteri Kampung Aru
Penulis: Erna Fitrini
Majalah: Bobo 46 Tahun XLI 20 Februari 2014

No comments:

Post a Comment