“Hanya
begini. Bisa, kan?” Andria memasukkan pisang yang sudah dilumuri adonan tepung
ke dalam minyak panas.
Dhani mengangguk. “Setelah kuning, pisang
dibalik, lalu diangkat. Gitu, kan?” Dhani perlu memastikan cara membuat pisang
goreng sebelum Andria pergi ke rumah Etek Viera.
“Iya. Kalau masih kurang, pisang
juga ada di gudang. Ambil aja,” kata Andria sambil berkemas. “Sorry, terpaksa kutinggal. Aku terlanjur
janji dengan Etek Viera. Mau membantunya membersihkan lampu.”
“Iya. Enggak apa-apa kok. Kalau
seperti ini, rasanya aku bisa lah,” kata Dhani penuh percaya diri. Selama libur
sekolah, Dhani membantu Andria membuat pisang goreng untuk dijual di depan
rumah.
Ini pagi pertama Dhani menginap di
rumah Andria di Kampung Aru. Kampung ini berada dekat dengan hutan di daerah
Sumatera Barat. Musang dan kera sering terlihat berkeliaran di Kampung Aru. Bahkan
kata Andria, serigala dan ular juga sering tampak di Kampung Aru. Hiii, seram.
Dhani melanjutkan menggoreng pisang sambil mengingat-ingat pesan Andria.
Pisang yang digoreng satu sisir. Sisanya digoreng setelah pisang goreng habis
terjual. Harga satu pisang goreng lima ratus rupiah. Uang dagangan disimpan
dalam kaleng di bawah meja.
“Beres,” gumam Dhani sambil membawa pisang goreng yang telah matang ke
teras depan. Pisang goreng itu berwarna kuning keemasan. Aromanya sungguh
membuat Dhani ingin menggigitnya. Pisang goreng itu disusun di atas nampan yang
ditutupi kertas tisu lebar.
Sambil menunggu pembeli, Dhani membaca komik yang dibawanya dari rumah.
Komik itu tidak sempat ditamatkan karena banyaknya pembeli yang datang. Dalam
sekejap, pisang goreng habis. Dhani harus kembali ke dapur untuk menggoreng
pisang.
“Lho, pisangnya mana?” Selanjutnya baca di ...
Judul: Misteri Kampung Aru
Penulis: Erna Fitrini
Majalah: Bobo 46 Tahun XLI 20 Februari 2014
No comments:
Post a Comment