Wednesday, September 4, 2013

Timun Berkebun


              “Pak! Pak!” teriak Bu Junaedi dari depan rumah.
            Pak Junaedi buru-buru keluar rumah sambil membetulkan letak kopiah.  “Ada apa, Bu?”
            “Aku punya berita penting.  Super penting,” jawab Bu Junaedi. 
            “Tentang ramuan ajaib itu?”
            Bu Junaedi mengangguk.  “Menurut orang-orang di pasar, Buto punya ramuan itu.”
            “Buto?  Buto Hejo?”  Pak Junaedi mendelik kaget.  “Hah, siapa yang berani meminta ramuan dari dia?”
            “Kita, Pak,” jawab Bu Junaedi yakin.  
            “Bagaimana kalau ia menangkap kita?”
            “Ah, jangan berpikir yang seram-seram,” kata Bu Junaedi cepat.  “Bayangkan kalau Buto memberi kita ramuan ajaib.”  
            “Tentu kita akan segera punya anak,” lanjut Pak Junaedi bersemangat. Mereka lalu pergi ke pondok Buto Hejo i hutan.
            “Permisi,” Pak Junaedi memberi salam di depan pondok kayu besar milik Buto Hejo.
            “Ulangi, Pak.  Lebih keras,” bisik Bu Junaedi.
            Sebelum mengulang salam, mereka mendengar suara langkah kaki.  Tak lama menunggu, mereka melihat Buto Hejo ke luar pondok.
            “Hai, Pak dan Bu Junaedi.  Tumben datang.  Ada apa?” sapa Buto.  “Silakan duduk sini.”  Buto menunjuk ke bangku yang terbuat dari jalinan batang pohon.
            “Begini, Buto Hejo, kami mau minta ramuan ajaib agar cepat punya anak,” jawab Pak Junaedi. 
            “Benar begitu?”  Buto Hejo memastikan.
            Bapak dan Ibu Junaedi mengangguk penuh semangat.
            Buto Hejo mengambil botol kecil dari dalam saku celananya dan menyerahkan botol itu kepada Pak Junaedi.  “Minum ini lima kali sehari.”
            “Hanya itu?” tanya Bu Junaedi ragu-ragu.
            “Hahahaha,” Buto Hejo tertawa keras.  “Tentu tidak, hahaha.  Nanti aku akan datang kalau anakmu sudah besar.”
            “Untuk apa?” tanya Bu Junaedi.
            “Tentu saja untuk mengambil anakmu itu, hahaha.”
            Pak Junaedi menyikut lengan Bu Junaedi.  “Bagaimana ini?” bisiknya.
            “Terima saja ramuan itu,” jawab Bu Junaedi tegas.
            “Terima kasih, Buto Hejo.”  Bapak dan Ibu Junaedi meninggalkan pondok Buto Hejo, membawa sebotol ramuan ajaib.
***
            “Timun, Timun Mas, sini,” panggil Bu Junaedi.
            Timun Mas datang.  Kringring…ring, lonceng-lonceng kecil di gelangnya berbunyi.  Ia melihat ekspresi serius di muka ibu dan bapaknya.  Hmm, ada apa nih?
            “Kamu sudah besar, nak,” kata Pak Junaedi.  “Jadi kami pikir kamu perlu tahu rahasia ini.”
            “Ada apa sih?  Kok aku jadi deg-degan,” kata Timun Mas.
       
Cerita lengkap bisa dibaca di majalah Bobo.

Judul: Timun Berkebun
Penulis: Erna Fitrini
Majalah: BOBO 21 XLI 29 Agustus 2013

2 comments:

  1. Mb Erna, ijin ngintip dongeng-dongengnya sambil petak umpet sama si ide
    Suwun full ^_^.

    ReplyDelete