Penduduk lain mengangguk-angguk tanda setuju. Gedung Kaleme kini menjadi tempat rekreasi bagi mereka.
Tuesday, December 27, 2011
Ketika Gedung Kaleme Dikunci
Penduduk lain mengangguk-angguk tanda setuju. Gedung Kaleme kini menjadi tempat rekreasi bagi mereka.
Thursday, December 22, 2011
Ketika Gedung Kaleme Dikunci
Penduduk Kalomolomo mempunyai kebiasaan unik. Mereka menggantungkan batu besar di gedung Kaleme setiap kali mempunyai keinginan. Suatu hari ada pengumuman yang melarang penduduk untuk menggantungkan batu di gedung Kaleme. Lalu, apa yang dilakukan penduduk Kalomolomo?
Judul: Ketika Gedung Kaleme Dikunci
Penulis: Erna Fitrini
Majalah: BOBO 37 XXXIX 22 Desember 2011
Tuesday, December 20, 2011
Nabi Musa dan Firaun
Nabi Musa dulunya dirawat di istana Firaun. Mengapa Nabi Musa keluar dari istana itu?
Judul: Nabi Musa dan Firaun (Komik Junior Cerita Nabi)
Penulis: Erna Fitrini
Komikus: M. Isnaeni
Penerbit: DAR! Mizan
Tahun: Januari 2012
Thursday, December 8, 2011
One Day in Mintin Island
When the king was away to relax, his twin sons, Naga and Buaya fought. They fought day and night. Suddenly, the king came back. He was very shocked and he called his sons. What did the king do to his sons?
Title: One Day in Mintin Island
Retold by: Uncu Nana
Magazine: C'nS Junior Edition 99 Volume IX December 2011
Old and New Clothes
Oh, no! Mom planned to give the old clothes to neighbors. Why didn't she give the new ones? Anin made another plan. Was Anin successful?
Title: Old and New Clothes
Author: Uncu Nana
Magazine: C'nS Junior Edition 99 Volume IX December 2011
Thursday, December 1, 2011
Bukan Donat Biasa
Liburan kali ini, murid-murid kelas empat dan lima mendapat tugas berlatih menjadi pengusaha. Hah? Apa mereka bisa menjadi pengusaha?
Judul: Bukan Donat Biasa
Penulis: Erna Fitrini
Penerbit: DAR! Mizan
Tahun: Desember 2011
Thursday, November 24, 2011
Suatu Pencarian
Seluruh penduduk desa sibuk mencari Upi yang belum pulang ke rumah dari sekolah. Mereka khawatir Upi pergi ke rawa-rawa yang berada di dekat sekolah. Menurut cerita yang beredar, di rawa itu hidup seekor buaya yang sangat besar. Apa buaya itu...? Hiii, seram.
Judul: Suatu Pencarian
Penulis: Erna Fitrini
Majalah: BOBO 33 XXXIX 24 November 2011
Tuesday, November 1, 2011
Pengiriman Naskah Girls
Cerpen atau dongeng untuk anak usia pre-teen, 12-15 tahun
2 spasi
5200 karakter
Kirim ke e-mail: girls@gramedia-majalah.com.
Pengiriman Naskah Mombi
Kirim ke firdaus@gramedia-majalah.com
Thursday, October 20, 2011
Pondok di Tengah Hutan
Anin dan Tyas bermain di dalam hutan yang terletak di belakang rumah nenek. Tiba-tiba mereka menemukan pondok kayu kecil. Penghuni pondok seorang kakek yang duduk menghadapi tungku besar. Kakek itu juga banyak tertawa, "Hihihihi." Apa kakek itu kakek sihir? Eh, biasanya kan nenek sihir. Jadi, apa kakek sihir itu ada?
Judul: Pondok di Tengah Hutan
Penulis: Erna Fitrini
Majalah: IRFAN Volume 1, 2011
Wednesday, October 5, 2011
Pengiriman Naskah Gramedia
Wednesday, August 31, 2011
Buku Sekolah Elektronik
Friday, June 10, 2011
Ketika Ibu di Pasar
“Duh, Ibu lama sekali di pasar...,” keluh Ari. Ia sudah selesai menggunting rumput di halaman. Hari ini ibu berjanji akan mengajarinya cara mencangkok pohon.
“Spada...spadaaa...” Tiba-tiba terdengar suara perempuan dari arah pagar. Seorang perempuan kurus, kecil dan berambut ikal. Tangan kirinya memegang dua bendera kecil, terbuat dari plastik.
“Siapa ya?” pikir Ari. Dia belum pernah melihat perempuan ini. Ari berjalan mendekati pagar. “Cari siapa?” tanya Ari ke perempuan itu.
Perempuan itu tidak menjawab. Dia mendorong pintu pagar yang sudah dibuka setengah oleh Ari. Dia berjalan ke arah kursi yang terletak di teras dan berdiri di samping kursi.
Ari heran melihat perempuan ini. Dia pikir perempuan ini akan duduk, ternyata hanya berdiri saja. “Silakan duduk, Tante.”
Perempuan itu duduk sambil melambai-lambaikan bendera plastik.
“Tante siapa?” tanya Ari lagi.
Tamu itu hanya tersenyum manis.
“Tante temannya ibu?” tanya Ari lagi.
Kali ini tamu itu mengangguk-angguk.
“Tumben, ibu punya teman yang suaranya minimalis,” pikir Ari. Semua teman ibu yang Ari kenal, senang bercerita. Diperhatikannya perempuan itu dengan seksama. Satu hal yang paling menonjol dari perempuan ini adalah cara berpakaiannya yang semarak. Blus berwarna merah terang dipadu dengan rok semata kaki berwarna putih. Dipunggungnya terdapat dua lambang partai politik. Sepatunya berwarna merah dan ada dua garis putih menyilang di sisi kiri dan kanan. Kaos kakinya juga berwarna putih. “Dari jauh, pasti seperti bendera yang turun dari tiang,” pikir Ari sambil tersenyum.
“Ehem, hm...” Perempuan itu menunjuk ke tenggorokannya.
“Maaf. Sebentar Tante,” kata Ari. Ari merasa bersalah karena lupa mengambilkan air minum untuknya. Dengan cepat Ari mengambil dua gelas air sirup dingin, satu untuk tamu dan satu lagi untuk dirinya.
Tamu itu tertawa melihat Ari datang dengan dua gelas sirup.
“Pasti dia haus sekali,” pikir Ari.
Tamu itu mengambil gelas yang baru diletakkan Ari dan menegak habis isi gelas. Kemudian gelas yang sudah kosong diletakkannya di bawah kursi.
“Kenapa gelas kosongnya diletakkan di bawah kursi? Seperti lagi di acara kendurian saja,“ pikir Ari.
Tamu itu berdiri dan mengibas-ngibaskan rok panjangnya. Berputar-putar. Ujung rok itu mengenai gelas yang diletakkan di lantai. Gelas itu terguling di lantai. Tamu itu tertawa.
Khawatir gelas itu akan pecah, Ari mengambil gelas itu dan meletakkannya di atas meja.
Tamu itu melihat Ari sambil membelalakkan mata. “Hey,” hardiknya keras.
Ari kaget. Raut muka tamu itu menakutkan. Ari menunduk. “Ibu kenapa lama sekali sih?” pikir Ari.
Tiba-tiba tamu itu tertawa ramah.
Ari mengangkat muka dan tersenyum. “Ah, Tante bikin kaget saja,” kata Ari.
Tamu itu tertawa ramah lagi.
“Permisi...”
Ari melihat ke arah pagar. Di sana ada sepasang laki-laki dan perempuan. Ari ingat. Mereka adalah Bapak dan Ibu Togar, tetangga ujung jalan yang baru pindah minggu lalu. “Silakan masuk...,” kata Ari.
“Kami mau menjemput Kak Laura,” kata Bu Togar sambil menunjuk ke arah tamu yang sedang duduk di teras.
“Oh, Ibu kenal dengan dia? Dia temannya ibuku,” kata Ari.
Bu Togar menggeleng. “Dia saudara kami yang baru datang dari Medan. Dia sedang sakit,” jelas Bu Togar.
“Sakit apa?” tanya Ari heran. Setahunya orang sakit tidak akan kuat berjalan-jalan.
“Dia sedang stress. Jadi, dia lupa sekelilingnya,” kata Pak Togar sambil menggandeng tamu tadi untuk diajak pulang.
Ketika sampai di pintu pagar, tamu tadi tersenyum manis kepada Ari dan berkata, “Terima kasih.”
“Sama-sama,” jawab Ari sambil berlari ke dalam rumah. Ari menyesal telah membukakan pintu untuk orang yang tidak dikenalnya.
Friday, June 3, 2011
Ketika Ibu di Pasar
Selagi menunggu Ibu yang sedang pergi ke pasar, Ari menerima seorang tamu. Ia mengaku sebagai teman Ibu, tapi anehnya, tamu ini berbeda dari teman-teman Ibu yang lain. Suara tamu ini minimalis sekali. Kemudian Pak dan Ibu Togar, tetangga Ari datang hendak menjemput tamu itu. Lho kok dijemput?
Judul: Ketika Ibu di Pasar
Penulis: Erna Fitrini
Majalah: Bobo No. 08 Tahun XXXIX 2 Juni 2011
Sunday, May 22, 2011
Monday, April 11, 2011
Tuesday, April 5, 2011
Kisah Payung Geulis yang Tidak Geulis
Cetakan: Juli 2010
Penerbit: DAR! Mizan