Membaca
informasi tentang Jelajah Gizi Minahasa yang diselenggarakan oleh #Sarihusada,
pikiran saya langsung melambung ke kenangan perjalanan di Sulawesi Utara
beberapa waktu silam untuk bertemu teman-teman masa kecil dan tentunya Jelajah Gizi.
Hari
kedua, setelah sarapan di hotel yang berada di jalan Sam Ratulangi, saya
mendapatkan dua bungkus nasi kuning dari Rafia. Ah, saya ingat bisnis
nasi kuning milik Puti yang tidak jauh dari tempat saya menginap. Menurut kisah yang beredar, nasi
kuning ini bukanlah makanan khas Manado. Mulanya makanan ini dibuat oleh
perantau yang datang ke Manado dan secara kreatif disesuaikan dengan
bahan-bahan yang tersedia di sana. Tentunya ini bisa menjadi tambahan
alternatif #NutrisiUntukBangsa.
Menyusuri
jalan yang sedikit naik turun, saya langsung datangi lokasinya. Tawa lebar Puti menyambut dan mempersilakan saya melihat dapurnya. Tidak seperti
dapur rumah makan pada umumnya, dapur rumah makan nasi kuning ini kering dan
terang karena mendapat banyak sinar matahari. Kesan bersih langsung terasa.
Semua bahan pelengkap nasi kuning disimpan dalam wadah bersih.
Berbeda dari nasi kuning yang sering
ditemui di Jakarta, nasi kuning khas Manado menggunakan ikan cakalang sebagai
salah satu pelengkap. Daging ikan cakalang disuwir halus dan selanjutnya diolah
bersama bumbu-bumbu hingga berwarna kecokelatan dan meninggalkan rasa gurih
manis. Hasil olahan menjadi abon ikan.
Berikut bahan dan cara membuat abon
cakalang.
Bahan yang dihaluskan:
½ sdt terasi
1 tomat
1 cm jari
2 bawang putih
4 bawang merah
5 cabe merah
3 rawit merah
Bahan lainnya:
1 ekor ikan cakalang, bersihkan
100 ml santan
1 lembar daun salam
1 batang sereh
2 sdm air jeruk nipis
½ sdt gula
½ sdt garam
1 sdt air asam jawa
Minyak goreng
Cara membuat:
Lumuri ikan dengan air jeruk nipis,
kukus dan suwir-suwir.
Tumis hingga harum bumbu halus,
sereh dan daun salam.
Masukkan ikan yang telah disuwir dan
santan.
Aduk hingga harum, tambahkan air asam,
gula dan garam. Masak hingga kering. Abon ikan cakalang siap ditaburkan di atas
nasi kuning.
Kalau susah mendapatkan ikan
cakalang, tentunya bisa diganti dengan ikan lainnya.
Nasi
kuning yang disajikan dalam piring, terasa sedikit kering. Tercium aroma kunyit
dan sereh yang dimasak bersama beras.
Di
meja tersedia sambal goreng berwarna merah tua. Biji-biji cabe yang tampak di
sana-sini menambah keseksian sambal. Sesendok sambal langsung berpindah tempat,
bersisian dengan tumpukan abon ikan cakalang. Ternyata abon ikan cakalang dan
sambal perpaduan yang cocok. Satu, dua sendok sambal ditambahkan kemudian untuk
menemani abon ikan cakalang. Rasa gurih dan aroma ikan cakalang mendorong saya
untuk menambah sambal, lagi dan lagi. Biasanya saya membatasi makan sambal,
terutama cabe Manado yang terkenal pedas, tapi kali ini saya terus menyantap
sambal demi melegendakan persatuan abon cakalang dan sambal.
Menyesal,
ukuran perut tidak sebanding dengan makanan yang dihadapi. Saya gagal
mengeksekusi nasi, tapi tidak begitu dengan ikan cakalang dan bahan pendamping
lainnya. Mereka tandas, bahkan saya sempat menambah abon cakalang yang bikin
ketagihan itu.
Kembali
ke hotel, saya mulai merasakan gejolak kecil di perut. Sambal tadi menunjukkan
keampuhannya atas perut yang lemah tad berdaya ini. Langkah saya
percepat, untuk menghindari terjadinya ini, ini dan itu. Toilet yang saya serbu
pertama kali ketika sampai kamar.
Sejak
itu hingga jam tiga sore, saya bolak balik ke toilet. Perut berontak dan minta penyelesaian
saat itu juga. Sambal tadi menunjukkan keampuhannya. Menjelang maghrib, saya
tertidur dalam keadaan lemas dan perut perih. Bangun tidur, saya langsung
mencari air putih. Perut terasa dingin, tanpa ada gejolak. Bungkusan nasi
kuning tadi pagi memanggil. Nasi dan lauknya dibungkus dengan daun lontar.
Salah satu ujung disematkan untuk menguatkan bungkusan. Hebatnya, nasi kuning
yang dibungkus berjam-jam lalu tetap enak dinikmati.
Pemilihan
ikan cakalang sebagai pendamping nasi kuning cukup unik karena umumnya ikan
cakalang digoreng, dimasak gulai atau sarden.
Ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis), satu keluarga (Scombridae) dengan
tongkol dan tuna, merupakan salah satu tangkapan laut yang banyak di Sulawesi
Utara. Bertubuh agak membulat dengan garis memanjang, ikan yang bisa mencapai
berat hingga 20 kilogram ini hidup dalam kelompok besar di laut tropis dan
subtropis. Ikan ini banyak diminati sebagai sumber protein dan memiliki
kandungan omega tiga yang diperlukan tubuh manusia.
Saat
ini ikan cakalang banyak diekspor. Memiliki nilai komersial tinggi, ikan ini
bisa dijual dalam bentuk segar, beku atau diproses sebagai ikan kaleng, ikan
kering atau ikan asap. Di Sulawesi Utara ikan cakalang banyak diawetkan dengan
proses pengasapan dan dikenal dengan nama cakalang fufu.
Waaaaw.....mbak Erna...... ^_^
ReplyDeleteweeew, Dila :)
DeleteSelamat Siang Mbak Erna,
ReplyDeleteSaya sedang blogwalking dan menemukan blog anda.
Saya Soraya dari http://serumah.com.
Saat ini trend berbagi ruangan/roomsharing sangat marak di kota besar. Kami berinisiatif untuk membuat situs pencari teman sekamar/roommate agar orang-orang yang ingin menyewa tempat tinggal (apartemen, rumah atau kost) dapat berbagi tempat tinggal dan mengurangi biaya pengeluaran untuk tempat tinggal. Berawal dari ide tersebut, website serumah.com diluncurkan pada awal tahun 2016.
Saat ini saya meminta bantuan anda untuk menuliskan artikel review mengenai serumah.com di situs blog anda. Saya dan Tim Serumah sangat menghargai jika Anda bersedia untuk memberikan review terhadap website kami dan menerbitkannya di blog anda.
Mohon hubungi saya jika ada pertanyaan lebih lanjut. Saya ucapkan terima kasih atas waktu dan kesempatannya.
Soraya F.
Cataga Ltd.
soraya.serumah@gmail.com
http://serumah.com/
Laper, Er! hihi
ReplyDeleteHuahahahaha... Terus menyantap sambal demi melegendakan persatuan abon cakalang dan sambal. Dan ternyata betul-betul jadi legendaris yak. Kapan nulis tentang cilok ala langit?
ReplyDelete