Thursday, June 5, 2014

ANAK AYAM LAGI



          “Tumben ada anak ayam di sini,” kata Giana sambil menunjuk dua anak ayam berbulu kuning yang berjalan di tepi sungai.
            “Eh, jangan diganggu. Nanti emaknya…,” kata Hatie.
            “Emaknya?” potong Giana cepat. Induknya kaliiii.”
            “Iya, induknya,” kata Hatie mengoreksi. “Induknya nanti marah.”
            “Tapi mana induknya?” Giana meletakkan tangkai pancingnya dan berdiri. Badannya berputar-putar melihat ke sekeliling. “Enggak ada induk ayam.”
            Hatie menarik mata kail dari sungai. Ia kemudian berdiri di dekat Giana. Ia juga mencari induk ayam. Telapak tangannya diletakkan di atas alis untuk menghalangi cahaya matahari ke mata. “Eh, iya,” kata Hatie.
“Ini pasti anak ayam yang tertinggal dari induknya.”
“Punya siapa, ya?” tanya Hatie.
            “Itu pasti anak ayamnya Bu Fitri,” tebak Giana.
            “Tahu darimana?”
            “Yang punya peternakan ayam di sekitar sini kan hanya Bu Fitri,” jawab Giana. “Lagian, aku pernah lihat anak ayam Bu Fitri berbulu kuning.”
            Hatie tertawa. “Warna anak ayam memang banyak yang seperti itu. Belum ada anak ayam yang berwarna hijau atau ungu.”
            “Kita tangkap, yuk?” ajak Giana sambil membereskan peralatan mancingnya.
            Hatie menatap Giana dengan heran. “Buat apa?” Selengkapnya baca di ...
           



Judul: Anak Ayam Lagi
Penulis: Erna Fitrini
Majalah: Bobo 07  Tahun XLII 22 Mei 2014

No comments:

Post a Comment