Tuesday, September 15, 2015

Bandung Kekinian

Kembali kunjungan ke Bandung, tapi untuk urusan yang berbeda. Seseuai dengan tujuannya, kali ini pun lokasi menginap di daerah Margahayu, yang rasanya jauh dari tempat jajahan dulu bersama Ratih. Tapi kan bukan berarti 24 jam hitung jumlah ubin di rumah sambil selesaikan pekerjaan yang dibawa pindah kota. :D

Mangga Manalagi
Hari pertama, belum ada penjelajahan, kecuali depan dan belakang rumah. Dari depan rumah tampak pohon mangga manalagi yang tingginya sekitar dua meter, dengan buah yang banyak. Sepuluh mangga yang tergantung rendah, sekitar setengah meter, ada di luar pagar. Walau banyak orang yang melintas depan rumah, Alhamdulillah, mangga itu aman sentosa. Apa mungkin orang-orang di sini sudah bosan makan mangga, secara hampir setiap rumah punya pohon mangga di pekarangan depan? Sayangnya, hingga hari terakhir di Bandung, mangga itu belum ada yang layak petik.

Esok harinya, Adek koar-koar mau ke BMC, Bandoeng Melk Centrale. Ternyata tempat itu sudah jadi tempat favoritnya juga untuk minum-minum sehat dan enak. Tosss! Tapi rute dari sini menuju Jalan Aceh belum tahu. Butuh waktu untuk baca peta dan jalur angkot di sini. Menjelang sore, saya dan Adek naik angkot abu-abu jurusan Ciwastra-Cijerah dan disambung angkot Gede Bage-St. Hall. Turun di Jalan Aceh dan sambung jalan kaki dan menyeberang jalan ke BMC. Zebra cross di persimpangan tampak jelas dan pengendara di sini bersedia beri kesempatan untuk pejalan kaki menyeberang jalan, bahkan mereka berhenti sebelum zebra cross. Ah, senangnya!

Bandoeng Melk Centrale
Adzan Ashar terdengar dari  mesjid Ukhuwah yang berada di samping BMC. Bangunan mesjid ini juga sering dijadikan patokan sudut BMC. Sambil menunggu Adek sholat, saya melihat-lihat areal sekitar. Ini nih bagian yang sulit: menghapal daerah sini, apalagi saat ini ada perbaikan di dekat mesjid. Kesempatan ini juga dipakai untuk melihat-lihat angkot yang lewat di depan mesjid. Jalur angkot ini juga dicatat. Hehehe.

Banana Smoothie & Lychee Yoghurt
Selesai Adek sholat, saya mencari informasi lebih, tapi orang itu ternyata juga tidak hapal daerah sekitar. Ada laki-laki berkulit cerah dan bertato di lengan, menghampiri saya. Mukanya tirus, bersih, berpakaian gamis cokelat. Ia malah yang banyak membantu, bahkan menawarkan bantuan lain dengan sopannya. Sebenarnya sih, banyak yang mau saya tanyakan, tapi tidak dulu deh.Takut informasi penting keburu tertindih informasi lainnya. Maklum memori terbatas.


Sore itu kami menghabiskan waktu hingga maghrib. Nah, giliran pulang, mulai deh pusing jilid berikutnya. Jalur angkot di Bandung mutar, tidak melulu melalui jalan yang sama. Tunggu sepuluh menit di pinggir jalan, membaca lagi rute angkot yang lewat, akhirnya saya melambaikan tangan pada kendaraan warna biru. Angkot? Tentu bukan!

Ketika taksi memasuki kompleks perumahan dari jalan Soekarno-Hatta, saya berpesan ke Adek untuk memberitahu arah ke pak sopir taksi. Adek dengan santai menjawab: Aku belum apal. Walah! Untung bermodalkan nama jalan, pak sopir bisa mengantar kami di depan rumah. Enggak pakai mutar-mutar di dalam kompleks.

Soy Milk: Peach (Cimory)
Hari ketiga, tidak ada rencana khusus selain menyelesaikan pekerjaan, tapi Griya yang lokasinya tidak jauh dari rumah seperti melambai-lambai. Baiklah, tutup pekerjaan sebentar dan melangkah ke Griya. Di dekat konter buah potong, ada bungkusan kertas dengan tulisan colenak, rasa: nangka dan duren. Sempat ditimang-timang, lebih karena penasaran mencicipi makanan itu. Ah dorongan mencicipi tidak dahsyat dan bungkusan itu diletakkan kembali. Di konter minuman dingin, ada berbagai jenis yoghurt dan susu kedelai, sebagian merupakan produk Bandung. Akhirnya pulang dari Griya, saya bawa pepaya dan susu kedelai rasa peach dan semangka produk Cimory. Produk seperti ini belum pernah saya temui di Jakarta, pasti karena kurang ngider! Sesampai di rumah saya menyesal beli hanya masing-masing satu botol susu kedelai itu. Rasanya juara, bikin ketagihan.


Sore hari, tetangga depan rumah mengantarkan kotak yang dimasukkan dalam kresek putih. Sambil lalu, intip isi kresek. Wah, awuuuug! Di kotaknya ada tulisan Awug Metro. Ini makanan kebangsaan rombongan penulis kalau gathering di Bandung. Awug yang ini juga dilengkapi side dish dengan warna yang mencolok.
Awug Metro

Lengkap sudah. Walau tanpa rencana wiskul, dapat juga makanan enak.
Hayyyo, kapan ke Bandung lagi?

No comments:

Post a Comment