Tuesday, December 23, 2014

KUDUS: Museum Kretek



Obrolan renyah dengan Tari tentang lentog, nama makanan, akhirnya berlanjut dengan rencana kunjungan ke Kudus. Sebenarnya, kalau diingat-ingat beberapa tahun ke belakang, saya pernah berencana ke Kudus ketika masih menjadi pegawai dengan jam kerja delapan sampai patgo (jam empat langsung go). Alhamdulillah, tertunaikan.



Kudus. Kudus. Kudus. Mengapa Kudus? Nama itu seperti punya magnet tersendiri. Ketika Tari, teman jalan, menanyakan lokasi dan makanan yang mau dicoba, saya sama sekali blank. Itu karena daya tarik kunjungan hanya berdasarkan nama. Begitulah kekuatan nama.



Dan ketika kunjungan ke Kudus terjadi, salah satu tempat yang menjadi tempat pijak ialah Museum Kretek. dari penginapan, kami diantar abang becak yang sepertinya mengenal Tari cukup baik. Pagar museum mengelilingi halaman yang luas, ditumbuhi rumput dan pohon mangga. yang sedang berbuah lebat, pula.

Bangunan museum terletak di bagian tengah, sedangkan di sisi kanan terdapat rumah adat Kudus yang terbuat dari kayu, dihiasi ukiran. Saya terus terang bingung kaitan antara rumah adat Kudus dengan museum kretek. Pasti somewhere ada penjelasan logis mengenai penempatan rumah adat Kudus di areal Museum Kretek.
Setelah membayar tiket masuk seharga dua ribu rupiah per orang, saya langsung melihat lampu, kayaknya sih kristal yang digantung di tengah-tengah ruangan. Museum ini diresmikan tahun 1986 oleh Soepardjo Roestam yang ketika itu jabat sebagai gubernur Jawa Tengah. Pembangunan museum ini terinspirasi dari pesatnya perkembangan rokok kretek di Kudus yang menggerakkan perekonomian warga.

Bagian dalam museum dipenuhi patung-patung dan berbagai alat pembuat rokok kretek. Semua itu bertujuan untuk menjelaskan sejarah rokok kretek, sejak diolah secara manual hingga menggunakan teknologi.  Satu ruangan berfungsi sebagai Bioskop Museum Kretek, tapi saya tidak punya kesempatan untuk menonton di situ. 

 
Ada juga foto-foto pengusaha rokok kretek yang pernah jaya di Indonesia, termasuk Nitisemito pemilik pabrik Bal Tiga. Sejarah pengusaha ini dijelaskan rinci. Dokumentasi  tentang perkembangan pabrik rokoknya juga lengkap. 







Hmm, satu pertanyaan yang menggelitik: apakah ketika itu sudah ada kesadaran tentang dampak rokok?

No comments:

Post a Comment